HEADLINES :
HOME » » Boomerang Dan Album Reboisasi

Boomerang Dan Album Reboisasi

Boomerang (Foto: Lionindra Harviana)

Jakarta - Ada dua hal krusial yang akhirnya membuat Boomerang kembali berkarya lewat album Reboisasi rilisan RMV Records, album pertama mereka sejak Suara Jalanan bersama formasi lawas tiga tahun silam.

Pertama, seperti artis besar kebanyakan, dorongan dari para penggemar loyal Boomerang yang biasa disebut Boomers. Mulai dari pesan via SMS atau Facebook sampai datang langsung ke rumah para personel dilakukan oleh Boomers agar idola mereka menelurkan karya segar. “Boomers-nya masih ada, Boomerang ke mana?,” ujar bassist yang kini merangkap sebagai vokalis, Hubert Henry Limahelu, menirukan pertanyaan salah satu penggemar Boomerang.

Namun yang mengejutkan adalah hal krusial kedua, yaitu pertanyaan seorang anak TK yang menurut Henry sangat menohok dirinya. “Kok nggak pernah konser lagi?,” tanya anak tersebut yang langsung membuat Henry terkejut bukan kepalang. Pertanyaan itu lantas mendorong Henry untuk menghubungi rekan sebandnya, drummer Faried Martien Badjeber, guna mengajaknya mengaktifkan kembali Boomerang

Henry menceritakan, “Itu pertanyaan yang nggak bisa dijawab langsung dan baru bisa terjawab dengan dirilisnya album Reboisasi. Setelah album itu keluar, dia langsung ngomong, ‘Sudah sana, pergi konser!’”

Dirilis pertama kali pada 1 November lalu, Reboisasi merupakan album konsep yang terdiri dari delapan materi namun secara musik dan lirik menyatu dengan durasi total 22 menit. Temanya sendiri berkisah soal perjalanan karier Boomerang sejak memutuskan vakum nyaris dua tahun lalu hingga proses penggarapan album Reboisasi.

Setelah ditinggal vokalis asli Roy Jeconiah dua tahun silam lalu diikuti dengan hengkangnya gitaris Andry Franzzy, Boomerang kini berformat trio dengan tambahan gitaris bernama Tommy Marran, yang sebelumnya sempat menjabat sebagai gitaris additional pasca keluarnya John Paul Ivan pada pertengahan 2005.

Walau belum lama dirilis, album Reboisasi telah diproduksi sebanyak dua kali dan merupakan salah satu rilisan RMV Records dengan penjualan paling tinggi. Bahkan Faried mengaku sering dimarahi Boomers yang kesulitan mencari album tersebut di daerah mereka. “Kami dikira nggak niat jualan, mereka seringkali kehabisan. Padahal salah satu masalah industri musik Indonesia terberat saat ini adalah distribusi,” kata Faried.

Dan belum lama ini, Rolling Stone berkesempatan untuk mewawancarai ketiga personel Boomerang tentang proses penggarapan album Reboisasi, yang mereka anggap sangat lancar mengalir. Mulai dari desain sampul album hingga keterbatasan yang dirasakan, dibeberkan semua oleh Henry, Faried dan Tommy. Berikut adalah hasilnya.

Album terbaru kalian bertajuk Reboisasi yang artinya penghijauan kembali. Seberapa representatifkah tajuk album tersebut terhadap kondisi Boomerang belakangan ini?
Henry: Album ini bercerita tentang Boomerang sendiri. Kami berusaha jujur, main musik yang jujur sambil mengiringi lirik yang berkisah soal proses menuju album ini. Soal judul Reboisasi sendiri, kami selalu mengibaratkan Boomerang sebagai rumah yang hampir tiga tahun belakangan kami tinggali tanpa ada karya. Alhasil, lahannya jadi nggak terawat. Padahal orang-orang tahu nama saya dan Faried karena Boomerang. Walau kami punya marga sendiri, tapi orang-orang tahu kami sebagai Henry Boomerang atau Faried Boomerang. Kami sangat menghormati Boomerang, sampai berkeluarga pun kami dan bahkan kru bisa hidup dan survive dari band ini. Nah, sekarang kami berusaha menanam kembali pohon-pohon di rumah itu, yang dulu sempat kami eksploitasi habis-habisan (tertawa).
Faried: Menanamnya dengan karya. Reboisasi itu memiliki makna penghijauan namun dengan materi-materi baru Boomerang. Kalau hutan ditanam ulang dengan pohon, kalau band ya dengan karya.

Sampul album Reboisasi menampilkan ilustrasi yang terlihat seperti Henry dan Faried berhadapan dengan mesin waktu dan sesosok pria yang muncul dari mesin waktu tersebut. Apa yang ingin dikatakan lewat desain tersebut? Pengenalan personel baru?
Faried: Sesosok pria bukan menggambarkan manusia secara gamblang, namun spirit Boomerang sekarang. Kami ingin mengatakan bahwa di balik lagu-lagu kami ada sesuatu yang indah. Kami percaya bahwa hal yang bisa membawa kami ke mana-mana adalah lagu, bukan karena Henry ganteng atau gimana. Kami menghormati band-band sekarang, terserah mau boyband atau bukan, karena walau mereka ganteng yang dijual tetap lagu. Saya pribadi sih nggak suka, tapi selera kan urusan masing-masing.

Selama vakum pernah terbersit untuk membubarkan Boomerang?
Henry: Nggak sama sekali, tapi saya membutuhkan waktu untuk merenungkan lagi soal masa depan Boomerang. Bukan hal mudah untuk kembali berdiri. Ingin nyepi dulu di kampung, di tempat tinggal saya di Manado; kebetulan istri saya orang sana. Kembali ke alam demi menenangkan pikiran, supaya bisa dapat materi-materi yang enak. Mungkin kalau tinggal di Jakarta, saya nggak bisa dapat materi.

Namun kalian tetap sering bertemu satu sama lain saat vakum?
Faried: Saya dan Henry tetap bertemu, namun dengan yang lain nggak. Nah, tahap awal pengerjaan album ini terbilang unik karena kami bertiga ada di daerah yang berbeda-beda. Henry di Manado, Tommy di Surabaya dan saya sendiri di Pamulang; band yang personelnya tinggal di satu kota saja susah, gimana yang berbeda-beda begini.
Henry: Konsep album yang baik musik maupun lirik menyatu seperti ini sebenarnya merupakan cita-cita Boomerang sejak lama, namun entah kenapa baru kesampaian saat kami tinggal berdua, plus personel baru. Kami bertiga komunikasi terus lewat Skype untuk membicarakan tema dan konsep, lebih ke bagan sih dengan permulaan dari kata-kata ‘and the story begins’, lalu menentukan kalau lagu pertama membicarakan ini, lagu kedua membicarakan itu dan seterusnya.
Faried: Kami bertiga menganggap album Reboisasi ini hanya terdiri dari satu lagu. Epik-lah.
Henry: Dulu selalu muncul pemikiran-pemikiran yang membuat Boomerang pesimis bahwa album seperti ini tidak akan pernah bisa dirilis.

Pemikiran tersebut datang dari mana? Mantan personel?
Faried: Nggak juga. Kami sering membicarakan konsep album seperti ini, namun mungkin karena dulu terlalu banyak kesibukan jadi lupa begitu saja. Hidup ini kan dari momen yang kadang bisa membuat kita berkembang atau malah mundur.
Henry: Kalau menurut saya mood-nya berbeda, dan itulah salah satu penyebab akhirnya kami bisa membuat album berkonsep seperti ini.

Dari mana ide untuk membuat album konsep muncul?
Henry: Sebenarnya omongan lewat saja, bukan yang benar-benar direncanakan untuk membuat album konsep. Kami memang sering mendengarkan album-album dari Pink Floyd, Yes dan semacamnya; mereka adalah beberapa pengaruh Boomerang walau kami nggak seruwet itu. Hidupnya memang di zaman lagu-lagu seperti itu tren. Kami pun berpikir, ‘Kapan ya bisa membuat album seperti mereka-mereka ini?’

Kalian menyiapkan album Reboisasi melalui komunikasi lewat Skype, eksekusinya bagaimana?
Faried: Rekaman di Surabaya, biar adil saja. Saya di Pamulang, Henry di Manado, jadi pilih yang di tengah, yaitu Surabaya. Saya punya alat, Henry punya alat, kami bawa semua ke tempat teman di Surabaya yang diperkenankan untuk dipakai rekaman. Dengan begitu, Tommy memang nggak keluar biaya pesawat, tapi dia jadi yang mengurus konsumsi (tertawa).
Henry: Rokok, gorengan dan kopi; Tommy semua yang menyiapkan. Harus diakui, album ini memiliki banyak keterbatasan dan pengorbanan. Namun eksekusinya benar-benar lancar, nggak tahu pasti kenapa. Selain semangat karena sudah lama memang nggak pegang alat musik, saya pribadi merasa bahwa Boomerang harus struggle dulu demi menghasilkan Reboisasi. Kalau kami paksakan, ‘Yuk, besok bikin!,’ nggak akan bisa. Memang butuh waktu panjang agar mengerjakannya enak.

Tadi bilang ada keterbatasan saat mengerjakan Reboisasi, dalam bentuk apa saja?
Faried: Banyak banget. Jauh, lalu yang sudah pasti finansial.
Henry: Kami sangat memikirkan finansial, bagaimana mengakali agar tidak terjadi terlalu banyak pengeluaran. Akhirnya kami mengerjakan album ini benar-benar bertiga, nggak ada kru sama sekali. Kami bertiga merangkap pemain musik, kru dan operator saat sesi rekaman. Tetapi di saat itu justru terasa lebih enak, mengalirnya enak, notasi-notasi yang lewat juga enak.
Tommy: Kadang saat Henry take bass, saya dan Faried merokok di luar studio sambil curi-curi dengar. Mau nggak mau dia operate sendiri (tertawa).

Kalian rekaman album Reboisasi ini berapa lama?
Henry: Total satu bulan, tapi vokalnya sendiri hanya dua hari.
Tommy: Kata orang-orang take pertama itu yang terbaik kan, kami membohongi Henry saat ia mau take. Bilangnya untuk guide. Hanya butuh dua hari untuk take vokal.
Henry: Saya sendiri kaget, ‘Ini sudah?’ Mereka jawab, ‘Sudah, ini sih bungkus saja!’ Kemudian hasilnya saya bawa ke Manado untuk evaluasi. Karena ada beberapa yang ingin saya perbaiki, saya pun kembali ke Surabaya untuk take ulang. Namun saat take, Faried dan Tommy bilang feel-nya sudah berbeda.
Faried: Saat itu ia take vokal dengan spirit memperbaiki, lebih bagus yang pertama. Jadi vokal Henry yang ada di dalam album adalah first take semua.
Tommy: Sebenarnya pengerjaan album ini cepat, namun guyonnya saja yang banyak (tertawa).
Faried: Pernah seharusnya jadwal take drum tapi saya malah ke Gresik naik motor. Kangen soalnya, sudah lama nggak ke Surabaya. Sudah ditawarkan adik ipar untuk naik mobil tapi saya nggak mau, memang ingin melintasi jalur motornya (tertawa).
Tommy: Kalau Henry nggak usah ditanya, janjian jam 10 pagi namun dia baru datang jam 3 sore. Pernah tiba-tiba datang naik sepeda. Kalau kecapekan ya sudah, nggak jadi take, guyon saja (tertawa).
Faried: Saya rasa hal-hal itu yang membuat proses pengerjaan album ini ringan dan mengalir, nggak terasa sulitnya.
Tommy: Rumah tempat kami rekaman ya isinya kami bertiga saja saat itu.
Henry: Giliran ada orang datang langsung break. Kami nggak mau orang tahu kalau kami ada di studio itu untuk rekaman album baru Boomerang. Nanti pasti jadi ada masukan-masukan dan kami nggak mau itu. Saya, Faried dan Tommy sudah membicarakan tema dan konsep album ini jauh-jauh hari, itulah yang kami angkat.
Tommy: Banyak orang yang curiga dan bertanya ke saya, ‘Sedang garap apa kalian?’ Saya jawab saja sedang membantu proyek baru Faried (tertawa).

Apa alasan kalian memilih Tommy Marran sebagai gitaris baru Boomerang?
Faried: Seolah-olah gampang bagi Tommy untuk masuk Boomerang, sebetulnya nggak. Bagi kami main band itu keluarga dan Tommy sudah kenal lama dengan kami. Saat John Paul Ivan cabut, Tommy sempat jadi gitaris additional Boomerang. Kami nggak pernah mau audisi, mana pernah kami adakan audisi vokalis atau gitaris?
Tommy: Mereka berdua ini nggak pernah bilang ke saya, ‘Elo bantuin Boomerang ya.’ Henry dan Faried bilangnya, ‘Begitu album ini keluar, elo sudah jadi gitaris Boomerang.’
Faried: Iya, jadi nggak ada pembicaraan seperti, ‘Elo additional ya.’
Henry: Kami nggak terlalu formal sih, rock n roll yang kami usung tidak di-create begitu saja. Asyik-asyik saja, mau main gitar ya main saja, nggak usah terlalu banyak dipikir.

Anda sempat kagok main bass sambil bernyanyi?
Henry: Nggak juga, dari dulu memang bantu bernyanyi soalnya. Bahkan sebelum era Boomerang juga sudah aktif di choir dan nyanyi di kafe dengan band cover.

Prosesnya bagaimana sampai kalian memutuskan agar Henry yang bernyanyi?
Faried: Awalnya, saya santai-santai saja ketika para personel keluar, baik itu John Paul Ivan maupun Roy Jeconiah. Walaupun nggak ada alasan pun saya santai, karena ada kesibukan dengan proyek musik lainnya. Suatu malam, Henry bilang ke saya kalau dia mau pindah ke Manado dan pada saat itu saya sadar, ‘Wah, jancuk. Band ini tinggal saya sendiri dong?’ Besoknya ketemuan dan saya bilang ke Henry kalau Boomerang harus jalan lagi. Dia tanya, ‘Yang nyanyi siapa?’ Saya jawab saja, ‘Saya mau asal Anda yang nyanyi.’ Lalu kami sepakat ajak Tommy untuk main gitar. Jadi terjadi saja karena saya pribadi merasa harus melakukan sesuatu atas nama Boomerang.

Henry: Seiring berjalannya waktu, kami evaluasi saat mengerjakan album Reboisasi, bahwa akan berat dan repot jika kami memakai vokalis baru. Jika melihat pengalaman yang telah dilalui band-band lain, mental menjadi hal terpenting untuk personel baru, bukan kemampuan. Bukan berarti mental tampil di hadapan penonton saja, tetapi juga di bawah panggung. Nggak gampang jadi frontman.

Faried: Saya sendiri mau lanjut asalkan Henry yang bernyanyi karena saya nggak bisa main band dengan sembarang orang, dalam artian saya sudah nyaman main dengan Henry. Meskipun ada musisi jago namun saya nggak kenal dekat dengan dia, saya nggak mau main band dengannya.

Untuk rekaman kalian mengaku lancar, namun saat tampil di atas panggung perlu penyesuaian karena kini Boomerang berformat trio?
Henry: Terkadang ada, tapi toh kami pakai additional.
Faried: Kami kadang pakai additional untuk sequencer, tapi biasanya saya yang main. Yang sering tambahan gitar untuk menebalkan sound.

Bagaimana prosesnya hingga Reboisasi dirilis oleh RMV Records?
Faried: Sebetulnya dari awal kami ingin indie biar lebih bebas, dari sebelum album rampung pun kami sudah terpikir untuk indie.
Henry: Seiring berjalannya waktu, Faried and Tommy bilang kalau RMV mau. Saya kaget, ‘Hah, RMV mau?’
Faried: Kami bertemu dengan orang-orang RMV, tapi bukan untuk menawarkan album Boomerang. Kebetulan ponsel Tommy ada materi baru Boomerang dan orang-orang RMV ternyata suka. Kami memang suka menyodorkan materi ke orang banyak, hanya sebatas minta pendapat saja. Jadi proses sampai kami kontrak dengan RMV bisa dibilang sangat natural. Penggarapan album natural, perilisannya pun natural. Umpamanya Reboisasi drilis indie, yang kerja nantinya hanya kami bertiga plus kru. Namun karena kerja sama dengan RMV, pasukan kami jadi semakin lebar; kasarnya begitu. Kerja kami jadi lebih ringan. Lagipula, selama nggak mengganggu musikal, kami nggak masalah tanda tangan kontrak dengan label rekaman major.

Source : Rolling Stone
Artikel Lainnya

Terima kasih telah berkunjung pada Boomerang Dan Album Reboisasi, Silahkan tinggalkan jejak dengan memberikan komentar yang baik, wajar dan pantas.

Comments
0 Comments

0 komentar

 
Copyright © 2013. Boomers Rock On - All Rights Reserved | Proudly powered by Blogger | Kumpulan Blogger